interwinews.com – Pemanggilan Ernando Ari Sutaryadi ke pemusatan latihan (TC) Timnas Indonesia U-23 tidaklah mengejutkan. Sebab, performa kiper Persebaya Surabaya itu di BRI Liga 1 2021/2022 memang terbilang cukup mengagumkan.
Ernando memang telah kebobolan sembilan gol dalam lima pertandingan, Namun, itu bukan sepenuhnya kesalahan dia. Pasalnya, di saat yang sama, dia juga berhasil menorehkan 14 penyelamatan.
Pelatih kiper Persebaya Surabaya, Benyamin van Breukelen, mengakui Ernando butuh banyak belajar. Ini memang musim debutnya di kompetisi elite sepak bola Tanah Air.
“Gol yang terjadi tidak mutlak kesalahan penjaga gawang. Apalagi, dua di antara tujuh gol adalah penalti. Ernando ini kan masih muda. Walau sudah bikin prestasi di level junior, dia tetap butuh pengalaman,” ujar Benny.
Pria berusia 19 tahun itu terpaksa naik kelas lebih cepat. Cedera lutut yang menimpa kompatriotnya, Satria Tama, membuat posisi penjaga gawang utama Persebaya tak bertuan.
Sementara kiper lainnya, Andhika Ramadhani hanya teruji di kompetisi internal Persebaya. Tentu akan lebih bijak menyerahkan posisi tersebut kepada pemain yang pernah tampil di level Internasional, seperti Ernando Ari Sutaryadi.
Dilansir dari berbagai sumber, diketahui bila pemain kelahiran Semarang itu sempat menggandrungi posisi striker di usia muda. Tak heran saat mulai masuk sekolah sepak bola, Ernando mantap bermain di depan.
Tetapi sejak kelas 3 SD posisinya beralih menjadi kiper. Dalam sebuah turnamen, kiper utama Tugu Muda (SSB Ernando) kehilangan penjaga gawang utama.
Melihat keberanian pria yang akrab disapa Nando tersebut, sang pelatih akhirnya memintanya mengisi pos tersebut. Dasar berbakat, Ernando pun makin nyaman di posisi tersebut.
Untuk mengasah keterampilan dasarnya sebagai kiper, dia pun ikut akademi khusus kiper selama tiga tahun. Setelah itu, takdir membawanya mengikuti skuad tim pelajar nasional.
Dari sanalah, jalannya ke Timnas Indonesia U-16 bersemi. Fakhri Husaini kepincut melihat performanya dan membawanya bergabung dalam skuad arahannya.
Pada turnamen yang berlangsung di Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia berhasil dibawanya menguasai klasemen grup A. Lima pertandingan berhasil disapu bersih dengan hanya tiga gol yang bersarang ke gawang Ernando.
Menghadapi Malaysia di partai semifinal, gawangnya tak banyak terancam. Tetapi Indonesia butuh gol penalti Bagus Kahfi untuk lolos ke partai puncak.
Kegemilangan Ernando terlihat jelas di laga final. Walaupun tak mampu menahan gol penyeimbang lawan, adu penalti menjadi cara Tuhan melambungkan namanya.
Dua penalti tim Gajah Putih berhasil ditepisnya. Indonesia pun keluar sebagai juara dengan kemenangan 4-2 lewat adu penalti.
No Comments